Penyakit BLUE TONGUE

         

Gejala Klinis Blue Tongue, terlihat Lidah dari kambing yang berwarna biru

TBNews-Kasus BT (Blue Tongue) di Indonesia pada ternak lokal belum pernah dilaporkan. Wabah BT hanya terjadi pertama kali dan terakhir kali pada domba impor Suffolk pada tahun 1981. Saat itu morbiditasnya mencapai 90% dengan mortalitas 30%.  Bluetongue adalah salah satu penyakit arbovirus. Penularan penyakit tidak melalui kontak langsung, tetapi harus melalui vektor nyamuk. Jenis nyamuk yang dapat bertindak sebagai vektor antara lain adalah jenis Culicoides spp.

Penularan virus melalui vektor terjadi secara mekanis maupun biologis, atau melalui inseminasi buatan dengan semen yang telah terkontaminasi virus BT. Penularan ini tidak dapat melalui kontak langsung, makanan dan udara. Penularan secara mekanis terjadi apabila virus ditularkan tanpa melalui proses replikasi pada tubuh serangga. Penularan secara biologis terjadi apabila virus bereplikasi pada tubuh vektor sebelum ditularkan ke ternak lainnya. Vektor berupa serangga memainkan peranan yang sangat penting dalam menularkan penyakit BT dari hewan yang satu ke hewan yang lain. Hingga saat ini vektor BT yang telah diketahui antara lain adalah C. brevitarsis, C.fulvus, C. imicola, dan C. variipennis .

Diagnosis penyakit BT dilakukan berdasarkan gejala klinis, perubahan patologis anatomis dan diikuti oleh pemeriksaan serologis, isolasi agen penyebab dan karakterisasi dari isolat virus yang diperoleh. Pada kejadian wabah BT di Indonesia tahun 1981,diagnosis dilakukan berdasarkan gejala klinis, perubahan patologis anatomis,dan hasil pemeriksaan serologis dengan teknik Agar Gel Immunodiffusion(AGID)(Sudana dan Malole 1982). Uji serologis dengan AGID mempunyai beberapa kelemahan antara lain terjadinya reaksi silang antara kelompok orbivirus seperti BT, Epizootic Haemmorhagic Disease (EHD) dan Eubenangee.

Untuk mengidentifikasi serotipe virus BT diperlukan uji serum netralisasi. Kendala lain dalam pengujian ini adalah diperlukannya seluruh serotipe BT sebanyak 24, yang tentunya hanya dimiliki oleh laboratorium rujukan saja. Untuk mengatasi masalah tersebut,diperlukan uji kelompok yang sensitif dan spesifik dalam mendiagnosis BT. Lunt  telah mengembangkan teknik deteksi antibodi yang spesifik terhadap semua serotipe BT.

Teknik tersebut akhirnya diadopsi sebagai uji penyaringan dengan menggunakan antibodi monoklonal terhadap virus BT yang dikenal sebagai uji kompetitif ELISA (C-ELISA). Uji ini telah digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap kelompok virus BT sebagai pengganti uji AGID dalam rangka penelitian epidemiologi infeksi BT, sehingga gambaran musim penyakit BT dapat diketahui. Hasil penelitian Sendow menunjukkan bahwa infeksi BT terjadi pada awal dan akhir musim hujan, dan prevalensi reaktor lebih tinggi pada ruminansia besar dibanding ruminansia kecil. Hal tersebut berkaitan dengan populasi vektor sebagai penular BT dari hewan ke hewan. Lebih lanjut Purse menunjukkan bahwa terjadinya wabah dapat diprediksi dan sangat berhubungan dengan perubahan variabel iklim. Wabah BT dapat terjadi pada kondisi suhu udara rendah dengan kelembapan yang tinggi. (Dari berbagai sumber)


2 thoughts on “Penyakit BLUE TONGUE

Leave a comment